CEPOT PUNYA ARTIKEL »

  • Twitter
  • Facebook
  • Post Date 8/29/2010

    ARISAN IBU-IBU

    by : abazcaster.blogspot.com

    Arisan ibu-ibu selalu saja memiliki gosip yang berbagai ragam. Mulai
    dari gosip berlian, gosip hutan piutang, bahkan gosip seks. Kali ini
    aku terkejut sekali, ketika seorang teman membisikkan padaku, kalau
    Ibu Wira itu, suka rumput muda. Justru yang dia sukai adalah laki-
    laki belasan tahun. Rasany aku kurang percaya. Ap ia? Bu Wira yang
    sudah berusia lebih 50 tahunmasih doyan laki-laki belasan tahun?

    “Woalaaah…Bu Tuty masya enggak percaya sih?” kata Bu Lina lagi.
    Aku sudah janda hampir 10 tahun, sejak perkawinan suamiku dengann
    istri mudanya. Aku tak nuntut apa-apa, keculi Julius putra tunggalku
    harus bersamaku dan rumah yang kami benagun bersama, menjadi
    milikku. Aku sakit hati sekali sebenarnya. Justru perkawinan
    suamiku, karena katanya aku tidak bisa melahirkan lagi, sejak
    peranakanku diangkat, ketika aku dinyatakan terkena tumor rahim.
    Suamiku mengakui, kalau permainan seksku masih sangat Ok. Dalam usia
    37 tahun, aku masih keliahatan cantik dan seksi.

    “Lihat tuh, Bu Tuty. Matanya asyik melirik anak bu Tuty terus tuh,”
    kata Bu Salmah tetanggaku itu. Kini aku jadi agak percaya, ketika
    aku melihat dengan jelas, Bu Wira mengedipkan matanya ke putra
    tunggalku Julius. Rasanya aku mau marah, kenapa Bu Wira mau
    mengincar putraku yang masih berusia hampir 15 tahun berkisar 12
    hari lagi.

    Sepulang dari arisan, aku sengaja mendatangi tetangga yang lain dan
    secara lembut menceritakan apa yang diceritakan Bu Salmah kepadaku.
    Tetanggaku itu tertawa cekikikan. Dari ceritanya, suami bu Wira
    sudah tak sanggup lagi, bahkan suaminya sudah tahu kelakuannya itu.
    Bu Wira memang suka burung muda, kata mereka. Bahkan putra
    tetanggaku titu pernah digarap oleh Bu Wira. Karean malu ribut-
    ribut, lagi pula anaknya yang sudah berusia 18 tahun dibiarkan saja.

    “Laki-laki kan enggak apa-apa bu. Kalau anak perempuan, mungkin
    perawannya bisa hilang. Kalau anak laki-laki, siapa tahu perjakanya
    hilang,” kata tetanggaku pula. Bulu kudukku berdiri, mendengarkan
    celoteh tetanggaku itu. Aku kurang puas denga dua informasi itu. Aku
    bertandang lagi ke tetanggaku yang lain masih di kompleks
    perumahan …..(Dirahasiakan) Indah. Tetangku itu juga mengatakan,
    kalau itu soal biasa sekarang ini.
    Malamnya aku ngobrol-ngobrol dengan putraku Julius. Julius
    mengatakan, kalau Tante Wira sudah mengodanya. Bahkan sekali pernah
    menyalaminya dan mempermainkan jari telunjuknya di telapak tangan
    putraku. Pernah sekali juga, kata putraku, Tante Wira mengelus
    burung putraku dari balik celananya, waktu putraku bermain ke rumah
    Tante Wira.

    Aku sangat terkejut sekali mendengar pengakuan putraku Julius
    menceritakan tingkah laku Bu Wira. Tapi tetanggaku mengatakan, itu
    sudah rahasia umum, dan kini masalah itu sudah biasa. Bahkan
    tetanggaku mengajakku untuk berburu burung muda bersama-sama.

    Malamnya aku tak bisa tidur. AKu sangat takut, kalau putraku akan
    menjadi korban dari ibu-ibu di kompleks itu. Sudah sampai begitu?
    Semua sudah menjadi rahasia umum dan tak perlu dipermasalahkan?
    Lamat-lamat aku memperhatikan putraku. Trnyata dia memang ganteng
    seperti ayahnya. Persis fotocopy ayahnya. Walau masih 15 tahun,
    tubuhnya tinggi dan atletis, sebagai seorang pemain basket. Gila
    juga pikirku.

    Rasa takutku marah-marah kepada Bu Wira, karean aku juga mungkin
    pernah dia lihat berselingkuh dengan teman sekantorku. Mungkin itu
    akan jadi senjatanya untuk menyerangku kembali, pikirku. Hingga aku
    harus menjaga anak laki-lakiku yang tunggal, Julius.

    Ketika Julius pergi naik sepeda mootr untuk membeli sesuatu
    keperluan sekolahnya, aku memasuki kamarnya. Aku melihat majalah-
    majalah porno luar negeri terletak di atas mejanya. Ketika aku
    menghidupkan VCD, aku terkejut pula, melihat film porno yang
    terputar. Dalam hatiku, aku haru semnyelamatkan putraku yang tunggal
    ini.

    Sepulangnya dari toko, aku mengajaknya ngobrol dari hati ke hati.

    “Kamu kan sudah dewasa, nak. Mami tidak marah lho, tapi kamu harus
    jawab sejujurnya. Dari mana kamu dapat majalah-majalah porno dan CD
    porno itu,” kataku. Julius tertunduk. Lalu menjawab dengan tenang
    dan malu-malu kalau itu dia peroleh dari teman-temannya di sekolah.

    “Mama marah?” dia bertanya. AKu menggelengkan kepalaku, karena sejak
    awal aku mengatakan, aku tidak akan marah, asal dijawab dengan
    jujur. AKu harus menjadikan putra tunggalku ini menjadi teman, agar
    semuanya terbuka.

    “Kamu sudah pernah gituan sama perempuan?” tanyaku.
    “Maksud mami?”
    “Apa kamu sudah pernah bersetubuh dengan perempuan?” tanyaku lagi.
    Menurutnya secara jujur dia kepingin melakukan itu, tapi dia belum
    berani. Yang mengejutkan aku, katanya, minggu depan dia diajak kawan-
    kawannya ke lokalisasi PSK, untuk cari pengalaman kedewasaan. Aku
    langsung melarangnya secara lembut sebagai dua orang sahabat. Aku
    menceritakan bagaimana bahaya penyakit kelamin bahkan HIV-AIDS. Jika
    sudah terkena itu, maka kiamatlah sudah hidup dan kehidupannya.

    “Teman-teman Julius, kok enggak kena HIV, MI? Padahal menurut
    mereka, merekaitu sudah berkali-kali melakukannya?’ kata putraku
    pula. Ya ampun….begitu mudahnya sekarang untuk melakukan hal
    sedemikian, batinku.
    “Pokoknya kami tidak boleh pergi. Kalau kamu pergi, Mami akan mati
    gantung diri,” ancamku.
    “Tapi Mi?”
    “Tapi apa?”
    “Julius akan kepingin juga. Katanya nikmat sekali Mi. Lalu bagaimana
    dong? Julius kepingin Mi. Katanya kalau belum pernah gituan, berarti
    belum laki-laki dewasa, Mi?” putraku merengek dan sangat terbuka.
    Aku merangkul putraku itu. Kuciumi keningnya dan pipinya denga penuh
    kasih sayang. Aku tak ingin anakku hancur karean PSK dan
    dipermainkan oleh ibu-ibu atau tante girang yang sering kudengar,
    bahkan oleh Bu Wira yang tua bangka itu.

    Tanpa terasa airmataku menetes, saat aku menciumi pipi putraku. Aku
    memeluknya erat-erat. Aku akan gagal mendidiknya, jika anakku semata
    wayang ini terbawa arus teman-temannya ke PSK sana.

    “Kamu benar-benar merasakannya, sayang?” bisikku.
    “Iya Mi,” katanya lemah. Aku merasakan desahan nafasnya di telingaku.
    Yah…malam ini kita akan melakukannya sayang. Asal kamu janji,
    tidak mengikuti teman-temanmu mencari PSK, kataku tegas.
    “Berarti aku sama dengan Tony dong, Mi?”
    “Tony? Siapa Tony?” tanyaku ingin tahu, kenapa dia menyamakan
    dirinya dengan Tony. Menurut cerita Julius putraku, Tony juga
    dilarang mamanya mengikuti teman-temannya pergi mencari PSK, walau
    Tony sudah sempat juga pergi tiga kali bersama teman-teman
    sekelasnya. Untuk itu, secara diam-diam Tony dan mamanya melakukan
    persetubuhan. Katanya, Tony memakai kondom, agar mamanya tidak
    hamil. Aku terkejut juga mendengarnya.

    “Kamu tidak perlu memakai kondom, sayang. Mami yakin, kalau mami
    tidak akan hamil,” kataku meyakinkannya. Seusai makan malam, Julius
    tak sabaran meminta agar kami melakukannya. AKu melihat keinginan
    putra begitu mengebu-gebu. Mungkin dia sudah pengalaman melihat CD
    Porno dan majalah porno pikirku. AKu secepatnya ke kamar mandi
    mencuci paginaku dan membuka BH dan CD ku. AKu memakai daster miniku
    yang tipis. Di kamar mandi aku menyisiri rambutku serapi mungkin dan
    menyemprotkan parfum ke bagian-bagian tubuhku. Aku ingin, putraku
    mendapatkan yang terbaik dariku, agar dia tidak lari ke PSK atau
    tante girang. Putraku harus selamat. Ini satu-satunya cara, karea
    nampaknya dia sudah sulit dicegah, pengaruh teman-temannya yang
    kuat. Jiwanya sedang labil-labilnya, sebagai seorang yang mengalami
    puberitas.
    Begitu aku keluar dari kamar mandi, putraku sudah menanti di kamar.
    Dia kelihatan bingung melihat penampilanku malam ini. Tidak seperti
    biasanya.

    “Kamu sudah siap sayang,” kataku. Putraku mengangguk. Kudekati dia.
    Kubuka satu persatu pakaiannya. Kini dai telanjang bulat. AKua
    melapaskan dasterku. Aku juga sudah telanjang bulat. Aku melihat
    putraku melotot mengamati tubuhku yang telanjang. Mungkin dia belum
    pernah melihat perempuan telanjang sepertiku di hadapannya. Aku
    duduk di tempat tidur. Kutarik tangannya agar berdiri di sela-sela
    kedua kakiku. Aku peluk dia. Aku kecip bibirnya dengan mesara.
    Pantatnya kusapu-sapu dengan lembut, juga punggungnya. Dengan cepat
    terasa burungnya bergerak-gerak di perutku. Kujilati lehernya. dia
    mendesah kenikmatan. Liodahku terus bermain di pentil teteknya. Lalu
    menjalar ke ketiaknya dan sisi perutnya. Aku merasakan tangan anakku
    mulai memagang kepalaku. Kuperintahkan dia untuk duduk di pangkal
    pahaku. Kini dia duduk di pangkal pahaku, dengan kedua kakinya
    bertumpu ke pinggir tempat tidur. Tiba-tiba aku merebahkan diriku ke
    tempat tidur. dia sudah berada di atasku. Kuminta agar dia
    mengisap puting susuku. Mulutnya mulai beraksi. Sementara burungnya
    terasa semakin keras pada rambut paginaku. Dengan cepat pula,
    kurebahkan dirinya. Kini aku yang balik menyerangnya. Kujilati
    sekujur tubuhnya. Batang burungnya, telur yang menggantung di
    pangkal burungnya. Ku kulum burungnya dan kupermainkan lidahku pada
    burung itu.

    “Mami…geli,” putraku mendesah.
    “Tapi enakkan, wayang,” tanyaku.
    “Enak sekali Mi,” katanya. Aku meneruskan kocokanku pada burungnya.
    Dia menggelinjang-gelinjang. Kuteruskan kucokanku. Kedua kakinya
    menjepit kepalaku dan…croot.croot.crooooooot! Spermanya keluar.
    Kutelan sepermanya dan kujilati batangnya agar spermanya tak
    tersisa. Aku senagaja memperlihatkannya kepadanya.

    Kini dia menjadi lemas. Terlalu cepat dia keluar. Mungkin sebagai
    pemula, dia tak mampu mengontrol diri. Kuselimuti dirinya. 20 menit
    kemudian, setelah nafasnya normal, aku memberinya air minum segelas.
    Lalu aku membimbingnya ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
    Kusabuni burungnya dan kulap pakai handuk. Kini kami sudah terbaring
    berdua di tempat tidur.

    “Enak sayang?” tanyaku. Dia menagngguk.
    “Tapi Mi, kita kan belum begituan. Katanya kalau begituan, burung
    Julius masuk ke lubang mem*k Mami,” katanya polos. Aku menganguk.
    Kamu harus segar dulu. Nanti kita ulangi lagi. Nanti kamu boleh
    memasukkannya ke lubang Mami, kataku.
    “Kenapa nanti Mi? Kenapa tidak sekarang?” dia mendesak.
    Dia sudah begitu menginginkannya pikirku. Langsung kulumat bibirnya.
    Kujulurkan lidahku ke dala mulutnya. Dia langsung meresponsnya. Kini
    dia berganti memberikan lidahnya padaku. Aku mengemutnya dengan
    lembut. Tanganku terus membelai-belai tubuhnya dan burungnya kuelus-
    elus. Sebentar saja burung itu bangkit.

    “Naiki Mami, sayang,” kataku. Dia naik ke tubuhku.
    “Masukkan,” pintaku. Dia mencari-cari lubangku. Kuarahkan burungnya
    dengan tanganku. Setelah burung itu terasa di tengah bibir paginaku,
    kuminta dia menekannya. Dia menakan burungnya dan langsung masuk,
    karean paginaku sudah basah. Aku memang sudah sangat lama merindukan
    ada burung memasuki paginaku. Setelah terhenti 5 tahun
    perselingkuhanku dengan seorang duda teman sekantorku (sejak dia
    pindah) aku tak pernah lagi selingkuh.
    Burung yang besarnya cukup itu, terasa sudah mengganjal di liang
    paginaku. KUkangkangkan kedua kakiku. Aku membiarkan burung itu
    tenggelam di dalamnya. Tak lama kemudian, aku merasakan putraku
    sudah mulai menarik-cucuk burungnya. Aku biarkan saja, walaupun
    sebenarnya aku sudah agak gatal ingin meresponsnya. Lama kelamaan,
    aku tak tahan juga. Aku pun meresponnya dengan hati-hati, seakan aku
    hanya melayaninya saja, bukan karean kebutuhanku. Sambil memompa
    burungnya, kuarahkan mulutnya untuk mengisap-isap pentil payudaraku.
    Dia melakukannya. AKu sudah melayang di buatnya. Sudah lama sekali
    aku tidak merasakan kenikmatan itu, sementara usia yang 37 tahun,
    masih membutuhkannya. Kujepit kedua kakiku ke tubuh putraku. Aku
    orgasme dengan cepat. Aku tidak memperlihatkan, kalau aku sudah
    orgasme. Perlahan-lahan aku tetap meresponsnya, sampai aku normal
    kembali.

    “Jangan digenjot dulu, sayang. Mami Capek. Isap saja tetek mami,
    sayang,” pitaku. Aku tak ingin dia sudah orgasme, sementara aku
    masih jauh. Dia menjilati tetekku dan mengisap-isapnya. Atas
    permintaanku, sekali-sekali dia juga menggigit putingku. Libidoku
    bangkit. Aku mulai melayang. Aku mulai menggoyang tubuhnya dari
    bawah. Dia merespons dengan kemabli menggejotku, menarik dan
    mencucuk burungnya ke dalam liang paginaku. Aku mendengar, suara
    begitu becek pada paginaku. Aku sedikit malu, karena selama ini, aku
    sudah tidak merawat lagi paginaku. Tapi dia semakin semangat
    mengocokkan burungnya.

    “Mami…aku sudah mau keluar nih…” katanya. Saat itu aku juga
    sudah mau muncrat. Aku percepat goyanganku, agar aku lebih dulu
    sampai pada puncak kenikmatan itu. Dan…dia memelukku erat sekali.
    Bahuku digigitnya dan sebelah tangannya mencengkeram rambutku.
    Ternyata kami bisa sama-sama sampai. Aku masih mampu mengatur irama
    permainan ini, pikirku.

    Aku keringat dan putraku juga berkeringat. Perlahan dia ku baringkan
    ke sisiku dan aku menyelimuti tubuh kami dengan selimut tipis,
    sekaligus melap tubuh kami dari keringat. Setelah 15 menit aku
    bangkit dan meneguk segelas air putih. Segelas kuberikan kepdanya.
    Julius berjanji untuk merahasiakan ini kepada siapa saja, termasuk
    kepada teman dekatnya. Walau menurut Julius, temannya sudah
    berhubungan dengan beberapa wanita di lokalisasi PSK, namun
    behubungan dengan ibunya jauh lebih nikmat. Aku juga memberi yang
    terbaik buat putraku, demi keselamatan hidupnya, terhidar dari PSK
    dan tante giang.

    Aku menyangupi, memberinya cara lain bermain seks, seperti yang dia
    lihat di CD porno dan majalah-majalah, seperti doggystyle dan
    sebagainya. Malam itu, Julius juga bersumpah, tidak akan pergi
    mencari PSK, walau pun teman-temannya menuduhnya laki-laki Kuper dan
    ketinggalan zaman, karea dia sudah mendapatkannya dariku dengan baik.
    Sejak saat itu, kami selalu melakukannya secara teratur, tidak
    serampangan. Tenatu saja di tempat tidur, di dapur, di sofa dan
    tempat-tempat lai di rumah kami dengan suasana yang indah. Bahkan
    kami pernah juga melakukannya di hotel, ketika kami wisata ke bogor.
    Semua orang memuji kegantengan putraku yang wajahnya imut-imut dan
    manja itu.

    Kini putraku sudah SMA, AKu sudah persis 40 tahun. Orang bilang aku
    masih tetap cantik, karean aerobik. Sebeanranya, selain aerobik, aku
    juga melakukan hubungan seks yang sangat terataur.