CEPOT PUNYA ARTIKEL »

  • Twitter
  • Facebook
  • Post Date 8/29/2010

    nice mirror

    Diposkan oleh abaz casters

    Saya menabrak seorang yang tidak dikenal
    ketika ia lewat. “Oh, maafkansaya” adalah reaksi saya.
    Ia berkata, “Maafkan saya juga; Saya tidak melihat Anda.”
    Orang tidak dikenal itu, juga saya, berlaku sangat sopan.
    Akhirnya kami berpisah dan mengucapkan selamat tinggal.

    Namun cerita lainnya terjadi di rumah, lihat bagaimana kita memperlakukan
    orang-orang yang kita kasihi, tua dan muda.
    Pada hari itujuga, saat saya tengah
    memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di
    samping saya. Ketika saya berbalik, hampir
    saja saya membuatnya jatuh. “Minggir,” kata saya
    dengan marah. Ia pergi, hati kecilnya hancur. Saya tidak
    menyadari betapa kasarnya kata-kata saya kepadanya.
    Ketika saya berbaring di tempat tidur, seolah dengan halus Tuhan berbicara padaku,
    “Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, kesopanan kamu
    gunakan, tetapi anak-anak yang engkau kasihi, sepertinya engkau perlakukan
    dengan sewenang-wenang. Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan
    beberapa kuntum bunga dekat pintu.”
    “Bunga-bunga tersebut telah dipetik sendiri oleh anakmu; merah muda, kuning
    dan biru. Anakmu berdiri tanpa suara supaya tidak menggagalkan kejutan yang
    akan ia buat bagimu, dan kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu.”
    Seketika aku merasa malu, dan sekarang air mataku mulai menetes.
    Saya pelan-pelan pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat
    tidurnya, “Bangun, nak, bangun,” kataku.
    “Apakah bunga-bunga ini engkau petik untukku?”
    Ia tersenyum, ” Aku menemukannya jatuh dari pohon. Aku
    mengambil bunga-bunga ini karena mereka cantik seperti Ibu.
    Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama yang berwarna biru”.
    Aku berkata, “Anakku, Ibu sangat menyesal karena telah kasar padamu; Ibu
    seharusnya tidak membentakmu seperti tadi. “
    Si kecilku berkata, “Oh, Ibu, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu.”
    Aku pun membalas, “Anakku, aku mencintaimu juga,
    dan aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, apalagi yang biru.”
    Apakah anda menyadari bahwa jika kita mati besok,
    perusahaan di mana kita bekerja sekarang bisa saja dengan
    mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari?
    Tetapi keluarga yang kita tinggalkan akan merasakan
    kehilangan selama sisa hidup mereka.
    Mari kita renungkan, kita melibatkan diri lebih dalam kepada pekerjaan kita
    ketimbang keluarga kita sendiri, suatu investasi yang tentunya kurang
    bijaksana, bukan?